Senin, 17 September 2012

The Little devil


Hari ini sangat cerah ,mungkin matahari juga ikut bersemangat mengantarku ke sekolah .Ini hari pertama aku masuk sekolah dan duduk di kelas XII.Teman-teman sekelasku benar benar berubah. Kami yang dulunya satu kelas di kelas XI tidak bisa lagi membuat keributan dikelas XII karena benar-benar terpisah. Tapi justru di sinilah awal mula TLD terbentuk, TLD singkatan dari “The Little Devils”. TLD terdiri dari 3 orang , aku (Mita), Riris, dan Nina. Nama itu di berikan oleh salah satu guru kami. Persahabatan kami semakin lengkap dengan adanya Anak Tiri , Zubedh (sahabat kami juga cy,,, tapi karena bergabung paling belakang jadi kami anggap begitu).Persahabatan kami pun kian hari kian dekat, perbedaan sifat yang kami miliki justru membuat kami merasa saling melengkapi. Riris yang moody-an, suka ngaret tapi kreatifnya tiada tanding, Nina yang egois tingkat tinggi tapi hatinya penuh kasih sayang terhadap sesama, Zubedh yang teledor tapi saaangat sabat menghadapi aku yang keras kepala tapi supel .
            Aku sangat senang dan bersyukur memiliki sahabat seperti mereka , yang selalu ada saat suka duka, yang selalu mendukung satu sama lain dalam segala hal, yang memberikan kasih sayang lebih dari saudaraku di rumah, pengertian akan apa yang terjadi pada sahabatnya yang lain, sampai banyak yang iri dengan persahabatan kami. Tapi meskipun sering jalan bersama, bercanda, belajar bukan berarti perjalanan persahabatan kami mulus lhoo... Kami juga sama seperti yang lainnya , sering salah paham , beda pendapat yang akhirnya ribut .Untungnya kami menghargai persahabatan dan arti seorang sahabat. Sehingga persahabatan kami bisa tetap berjalan utuh tanpa harus ada perpecahan.
*****
            Sekarang adalah saat-saat keramat bagi siswa siswi kelas XII. Bagaimana tidak, inilah saatnya penentuan bagi kami mau di bawa kemanakah masa depan kami nanti . Ya ... UJIAN NASIONAL . Persiapan demi persiapan untuk kematangan pemahaman pun telah kami tempuh baik mental hingga fisik. Tapi disaat-saat seperti ini kami justru mendapat tugas tambahan dari guru kami untuk mengisi acara pensi yang rutin di selenggarakan setiap tahun. Awalnya kami senang dan sangat antusias dengan acara ini, karena kebetulan kami memang senang eksis di sekolah. Tapi ditengah-tengah perjuangan itu ada beberapa siswa yang tidak di izinkan mengisi acara tersebut oleh wali kelas mereka dengan alasan Ujian Nasional. Sebelumnya aku pun berfikir takut belajarku terganggu karena latihan drama musikal ini sementara ujian tinggal menghitung hari. Tapi Riris menyadarkanku , tidak ada hubungannya antara latihan drama dan ujian asalkan kita bisa mengatur waktu dengan tepat. Akhirnya TLD mencari pemeran-pemeran baru , dan aku rasa adik kelas kami ini pasti bisa memerankan tokoh dengan sukses. Kamipun berlatih dengan serius, meskipun TLD hanya sebagai peran pembantu dan pengarah adegan, tapi kami tidak pernah bolos latihan .
            Tapi .... lagi-lagi ada masalah yang bikin aku patah semangat dan putus asa. Salah satu pemeran jarangggg sekali datang untuk latihan, padahal dia adalah pemeran utama. Huhh,, latihannya mogok lagi , padahal waktunya tinggal 2 minggu lagi. Itupun 1 minggu di pakai untuk ujian nasional jadi tidak mungkin diadakan latihan. Rasa pesimisku semakin menebal, kata-kata bijak Riris sudah tidak bisa menyusutkannya , omelan pedas Nina pun tidak bisa meleburkan perasaan putus asa ini. Pikiranku bercabang antara drama pensi dan Ujian Nasional yang sudah di ambang pintu penantian. Aku harap secepatnya akan ada jalan keluar dari pemikiranku ini. Aku tak mau membuat guru-guru yang telah mendukung drama musikal ini kecewa, juga tidak mau membuat teman-teman yang telah menanti penampilan kami menjadi kesal karena drama itu di batalkan.
            Akhirnya Riris memutuskan untuk menambah pemain baru dari kelas XI untuk menggantikan kami. Sehingga kami tak perlu memikirkan drama dam memfokuskan fikiran pada Ujian Nasional. Aku dan Nina juga setuju dengan usulan Riris. Aku harap pemeran baru itu bisa menyesuaikan diri secara cepat dengan pemain yang lainnya. TLD hanya bertugas memantau jalannya latihan agar mereka ga keluar alur cerita yang sudah di siapkan.
            Tapi setelah keputusan itu , justru ada yang aneh pada Nina. Ia jarang sekali berkumpul dengan kami lagi. Nina lebih memilih berkumpul dan belajar bareng Tyo, cowok yang katanya menaruh hati pada Nina. Padahal sebelumnya ia bilang tak pernah minat untuk dekat dengan Tyo. Kalau ada masalah atau apapun Nina juga ga pernah cerita lagi pada kami, ia justru mengalihkan smuanya pada orang lain yang sebelumnya ia benci. Ada apa sebenarnya dengan Nina ?? Apa salah kami sampai membuat Nina menjauhi TLD ?? Ia tidak pernah mau menjawab jujur apa alasannya ia seperti itu, tiap kali ditanya kenapa dia berubah jawabannya pasti selalu “ahh , itu perasaan kalian aja kali.”
            Lama kelamaan aku gerah dengan sikap Nina yang kayak ini. Rasanya pengin banget menyidang Nina agar dia jujur pada kami. Tapi menurut Riris, masalah ini di selesaikan nanti aja setelah ujian, karena Ujian Nasional ini lebih penting. Sekarang anggaplah kami tidak ada masalah.
*****
            Ujian Nasional pun sudah lewat dan ternyata Nina mulai berubah seperti sebelumnya. Aku senang persahabatan kami bisa hangat seperti dulu. Aku sepakat dengan Riris dan Zubedh untuk melupakan masalah itu. Kami juga merancang rencana untuk mengisi liburan panjang setelah ujian, sambil menunggu hasil kelulusan. Nina punya ide yang aku rasa itu ide bagus , ia mengajak kami berlibur ke kampung halaman ibunya di daerah pedalaman Cirebon. Rasanya tidak sabar untuk segera menjelajahi daerah pedalaman itu. Pasti menyenangkan, apalagi bisa merasakan udara segar yang sangat sulit aku dapatkan di Jakarta. Kamipun sepakat untuk berangkat kesana satu minggu lagi. Tapi ... ada hal yang menjadi masalah, ya .. apalagi kalu bukan “uang”. Darimana biaya yang akan kami gunakan untuk perjalanan menyenangkan itu ?? Berfikir, berfikir, berfikir !!!
Mengamen, seru sih tapi apa bisa ?? Belum panas , gangguan preman yang minta jatah, capek naik turun dari bus satu ke bus lainnya.
Minta sama orang tua ?? Huhh,, kasian dong mereka belum lama ini kami sudah menguras uang mereka untuk ujian dan teman-temannya. Pastinya tidak mungkin.
Yang lebih nggak mungkin lagi kalau kami mengemis, dengan kata-kata ...
“Pak, Bu .. kasian kami.Beri uang untuk jalan-jalan dan berlibur, tolong bantuannya untuk ke Cirebon.”
Yang ada kami di tertawakan atau malah di caci maki lalu di usir tanpa hormat.
Hhhmmm ... biarlah mereka bertiga yang berfikir, aku sudah malas menyuruh otakku untuk berfikir. (efek belajar mati-matian untuk Ujian Nasional, hehe ..)
       Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba , LIBURRR .... Aku mau menghabiskan waktu seharian di rumah sambil bermalas-malasan. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, ku lihat dilayar muncul kata-kata 1 message received. Aku bergegas membacanya, ternyata dari Riris. Dia bilang kalau sudah menemukan cara mendapatkan uang dengan halal. Dia meminta TLD untuk berkumpul dirumahnya jam 1 siang. (Huahh, itukan waktunya tidur siang). Tapi ga apa-apa deh , dari pada liburanku di isi dengan hal-hal yang itu-itu saja dan tidak beguna lebih baik aku menyetujuinya. Kulihat jam menunjukan pukul 11 siang, perjalanan dari rumahku ke rumah Riris tidak sampai 20 menit jadi lebih baik aku tidur dulu.
       Tapi diluar dugaan, aku kebablasan tidur. Untungnya aku mendengar suara adzan Zuhur, aku pun segera berwudhu , shalat dan  bersiap-siap ke rumah Riris. Sesampainya disana aku lihat wajah ketiga sahabatku seperti mau menelanku hidup-hidup. Aku cuma bisa nyengir kuda dan untuk menutupi kesalahanku, cepat-cepat aku mengeluarkan es kelapa muda rasa durian kesukaan kami maksudnya agar mereka nggak melemparkan bogem mentah ke wajahku , hehe ...
Setelah menghabiskan satu gelas penuh es kelapa, aku sudah tidak sabar buat dengar apa sih ide Riris itu. Tapi Riris tidak menjawab dengan kata-kata, dia cuma menyodorkan plastik yang berisi jarum, benang, gunting, lem kain, dacron, kain flanel, dan beberapa design lucu. Aku rasa aku mengerti apa yang dimaksud Riris, membuat kreasi flanel untuk di jual dan kemudian mendapatkan uang dehh. Aku langsung bergerak mengambil keripik yang sedang Nina makan, menarik remote yang sedari tadi membuat Zubedh fokus pada layar TV di depannya. Hanya dengan sedikit senyuman dan lirikan mata kearah plastik-plastik di depanku mereka mengerti apa maksudku. Dengan sergap mereka mengambil peralatan yang di sediakan Riris.
       Hari sudah semakin sore, kreasi yang kami buat memang cukup banyak. Tapi belum cukup untuk berangkat ke Cirebon. Aku rasa masih harus membuat banyak kreasi lagi, tapi tak mungkin saat ini juga karena waktu tak mendukung. Kami sepakat untuk membawa peralatan itu ke rumah dan di kerjakan masing-masing dan setelah 3 hari semuanya harus sudah dikumpul. Kami harap dalam 3 hari itu, kami bisa membuat banyak agar uangnya bisa lebih.(Terlalu banyak berharap).
       Setelah 3 hari kami berkumpul kembali dirumah Riris untuk mengumpulkan hasil kerja kami. Hasilnya ... cukup deh sepertinya. Skarang waktunya menjual, baik secara langsung maupun online di facebook Thelittle_d@yahoo.com untuk mempromosikan hasil karya kami berempat. Dalam waktu 2 hari kami sudah bisa mengumpulkan keuntungan yang bisa dibilang lumayanlah. Tapi hanya bisa membiayai perjalanan ke Cirebon untuk 2 orang.Lalu bagaimana dengan yang 2 orang lagi ?? Sementara waktu yang kami pumya tinggal sedikit lagi. Kami mulai memutar otak lagi, tapi .. aku yakin yang berputar hanya otak Riris. Sementara otakku, Nina dan Zubedh ...... ya, berfikir juga.(hehe ... Jangan di bahas untuk yang satu ini). Tanpa di duga, Nina yang biasanya hanya diam dan menyetujui apapun ide itu tiba-tiba mengeluarkan idenya sendiri, entah ia dapat dari mana. Ia menyarankan untuk menjual kreasinya secara berkeliling kesekolah-sekolah. Hhmm ... aku rasa sahabatku cy egois tingkat tinggi ini ada benarnya juga, tak ada salahnya kami coba.
       Hari itu juga sekitar pukul 10.00 kami berkeliling kesekolah terdekat. Sedang asik dan semangat jualan tiba-tiba Zubedh menarik tanganku untuk berjalan di belakang bersamanya. Ia bilang ,ia kurang yakin dengan ide ini. Perasaannya bilang ini bukan ide yang bagus, aku hanya mengiyakan dan fikiranku melayang memikirkan kata-katanya. Aku mulai yakin dan mendukung perasaannya itu. Tapi ini ide pertama Nina, kita harus memotivasinya agar dia tidak takut untuk mengeluarkan pendapat di kemudian hari. Aku tidak tahu mengapa aku ikut ragu dengan ide Nina ini, melihat perjuangan Nina yang begitu semangat aku jadi malu. Sepertinya aku bukan sahabat yang mendukung saran sahabatnya sendiri.
       Tapi kekhawatiran aku dan Zubedh benar, sampai jam 6 sore saja hanya 3 pc yang terjual. Itupun barang-barang dengan harga yang relatif murah. Sudah pasti tidak cukup untuk ongkos berangkat ke Cirebon. Hari semakin malam, kasihan Nina dan Riris yang dari tadi semangat sekali menjual aksesoris itu. Mereka kelihatan sangat capek, maka aku putuskan untuk menunda aksi jual menjual itu.
*****
        Seharusnya hari ini kami berempat sudah berangkat ke Cirebon, mungkin saat ini kami sedang bernarsis-narsis ria diperjalanan, tapi itu semua harus pupus karena masalah biaya. Tapi tenanggg .... kami akan tetap merayakan kelulusan setelah pengumuman besok.(Yakin banget sihh bakal lulus, hehe ...). Tapi kepeleset jauh, Ancol. Ya, besok setelah pengumuman kelulusan itu kami akan berangkat ke Pantai Ancol. Kami sudah merencanakan kegiatan yang tidak kalah seru kok di sana. Rasanya sudah tidak sabar menanti besok. Aduh,, padahalkan belum tentu lulus, bagaimana kalu ternyata tulisan di dalam amplop nanti “ TIDAK LULUS”?? Aduh amit-amit dehh. Jantungku jadi berdebar kencang kalau ingat itu.
       Huahh ... tidur semalam jadi tidak nyenyak karena memikirkan kelulusan ini. Hari ini aku akan tahu awal mula masa depanku terbentuk. Aku bergegas berangkat kesekolah, ingin cepat-cepat sampai di sekolah dan tahu apa hasil ujian itu. Aihh ,, betapa kecewanya aku melihat pengumuman di papan pengumuman depan sekolah. Eittss ... bukan karena aku nggak lulus ya ... Dipapan itu ditulis :
“HASIL UJIAN DI UMUMKAN
PUKUL 11:00 WIB”
       Padahal sebelumnya diinfokan kalu pengumuman kelulusan akan diberi tahu jam 8 pagi. Tapi ternyata sekolah punya hobby seperti Riris juga ya, suka ngaret. Hehe ....
Yasudahlah, lebih baik aku menunggu di kantin sambil makan karena memang aku belum sarapan.Lagipula sekarang ketiga sahabatku juga belum kelihatan ada di sekitar sekolah .
Wahh, tanpa diduga ternyata Nina dan Zubedh sudah berkumpul di kantin, rajinnya mereka sudah datang lebih awal dari aku. Sedangkan Riris .... tak perlu ditanya dehh. Hehe ...
     Akhirnya , jam 11 juga. Kami pun langsung menuju lapangan untuk berkumpul, tapi yang ada di sana hanya Bapak KepSek. Dan lagi- lagi pengumuman di undur menjadi jam 2 siang. Huhh ... payah deh sekolah ini ngaret terus. Riris sih tenang-tenang saja karena dia baru datang, sedangkan  aku , Nina dan Zubedh sudah sangat kesal karena lama menunggu . Ya apa boleh buat , menurut sajalah . Ehh, tapi itu berarti acara merayakan kelulusan hari ini harus gagal lagi ?? Haduh, lagi-lagi batal deh.Yasudahlah , besok aja kami berangkat dari pagi sampai malam kalau bisa, hitung-hitung untuk meluapkan kekesalan kami. Untuk menunggu sampai jam 2, kami putuskan untuk beristirahat dirumah Nina aja karena rumahnya dekat dengan sekolah. Saking capeknya menunggu di sekolah tadi habis menyantap makanan yang disediakan ibunya Nina kami pun langsung tertidur dengan lelap.
       “Kringgg... Kringg... Kringg... “ Walah, alarm hp Nina serasa memecah gendang  telingaku. Tapi percuma alarm itu berbunyi di jam 14.40 , waduh .... telat deh . Dengan kecepatan 80 km per jam kami berlari menuju sekolah (lari apa naik motor cy sebenarnya? Ah, terserahlah hehe ...).Sampai disekolah teman-teman yang lain sudah berbaris di lapangan, guru-guru kami yang terbilang killer dan disiplin tingkat tinggi juga sudah di depan mereka semua .
Haduh , rasanya jantung mau copot karena 2 hal. Pertama karena guru killer itu sudah melihat sinis kearah kami, kedua karena hasil ujian. Untunglah ada bunda (wali kelas kami) yang langsung mempersilahkan kami duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri. .
Jantung semakin kencang berdebar, seperti saat-saat perang akan segera di mulai dan detik-detik nyawa sudah di ambang pintu. Rasanya sudah tidak karuan perasaan ku ini. Sebelum membagikan hasil ujian itu Bapak KepSek memberikan arahan agar jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan , kita harus bersikap sabar. Tidak lama pak Kepsek ceramah akhirnya Bunda keluar dari ruangannya membawa beberapa tumpuk amplop , aku yakin itu adalah hasil ujian kami . Tapi sekolah ini memang senang membuat orang menunggu lama, ternyata Pak Kepsek meminta kami untuk masuk ruang kelas masing-masing dan nanti hasil ujian akan di bagikan di kelas . Ugghh ... menyebalkan , kami harus naik ke lantai 3 lagi. Seperti setrika saja dari tadi pagi kami belum juga dapat hasilnya . Semoga saja tidak di suruh balik turun lagi deh , bisa cacat kaki ku ini.
       Tapi sepertinya tidak deh, wajah Bunda udah serius banget dan sepertinya sudah siap untuk membagi hasil ujian ditangannya itu . Tanganku sudah gemetar melihat amplop-amplop itu, ayolahh bunda ... cepattt bagikan ! Hhhmm ... mata bunda kenapa seperti habis nangis ya ??
Dengan suara sangat lembut tak seperti biasanya bunda mulai bicara , ternyata ada 4 orang anak yang tidak lulus di kelasku. OMG ... apa aku termasuk salah satunya ??
Saat itu juga terbayang wajah mamaku mengangis karena aku tidak lulus, terbayang kekecewaan bapakku karena pengorbanannya selama ini mencari uang tidak ada hasil yang membanggakan dari aku. Aku lihat ketiga sahabatku menangis, mungkin mereka juga punya pemikiran yang sama denganku. Aku juga ga kuasa membendung air mataku, menangislah aku sejadi-jadinya.
Bunda juga ikut menangis memandangku, apa bunda sudah tau kalau aku salah satu dari anak-anak yang akan dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional itu ??
Bunda mulai membagikan amplop kelulusan itu, melihat sahabat-sahabatku tersenyum dengan kelulusan mereka aku jadi iri. Kenapa namaku belum juga disebut ? Apa benar yang aku pikirkan ? Apa benar aku harus buat orang tuaku kecewa ? Ya Allah , aku takut.
Tapi untunglah panggilan bunda cepat menyadarkan aku dari negative thinking ini, aku bergegas mengambil amplop hasil Ujian Nasional itu dari tangan bunda. Tanpa ragu aku langsung merobek amplop itu, huhh ...... betapa leganya hati ini melihat kata “LULUS” di lembaran itu .
Aku segera menelpon mamaku di rumah agar mama ikut langsung merasakan kebahagiaan ini karena ini semua memang untuk mama ku tercinta. Ahh,, ternyata bunda berbohong . Ia cuma mau menakut-nakuti kami, faktanya kami semua lulus dengan nilai yang ... lumayan lahh .Aku melirik ke arah sahabat-sahabatku, tanpa aku tanya mereka sudah tau maksudku dan mengiyakan rencana besok.
       Aku pulang dengan hati senaaangg sekali seperti habis di tembak cowok yang aku suka atau mungkin lebih dari itu. Ingin segera melihat wajah mamaku yang gembira karena kelulusanku . Maklumlah, aku anak pertama yang lahir dari rahim mama yang merasakan kelulusan. Sampai dirumah, mama sudah menungguku di ruang tamu, mama langsung menarik tanganku dan mengambil amplop yang ku pegang. Baru ini aku melihat mama seneng banget , dan lebih seneng lagi karena itu semua berkat aku , hehe ... Bukan hanya itu, mama juga sudah masak kentang balado kesukaanku, beli es kelapa duren kesukaanku, kue cucur kesukaanku , ahh pokoknya semua serba kesukaanku deh . Enaknya kalau tiap hari seperti ini, hehe ...
*****
       Pagi-pagi sekali aku udah bangun menyiapkan keperluan untuk have fun bareng sahabat-sahabatku. Yaa ... meskipun cuma ke pantai Ancol tapi rencana kami disana cukup membuat kami repot dengan harus membawa semua buku-buku pelajaran yang kami pelajari saat mengikuti Pendalaman Materi (PM), buku-buku itu lumayan tebal lagi.
Tepat jam 09:00 aku berangkat menuju halte busway Pinang Ranti, kendaraan pemerintah yang sangat terjangkau. Wahh, tak pernah aku bayangkan ternyata yang sampai duluan justru si Ms.Ngaret , Riris. Semangat banget sahabatku yang satu ini. Hehe ... baguslah ada perubahan.
Tidak lama nunggu akhirnya Nina dan Zubedh datang juga, seperti biasa Nina yang di antar ojek pribadinya dan Zubedh dengan mobil angkot tercintanya.
       Di dalam bus aku dan TLD tidak bisa menyembunyikan kegembiraan ini alhasil tidak bisa juga mengunci mulut kami, intinya kami membuat keributan di dalam bus. Tapi siapa sih yang berani melarang kami ? Justru satu bus dan petugasnya pun ikut nimbrung , haha ... tidak tahan dengan lelucon kami. Tapi tiba-tiba seorang bapak gemuk nan seram menghampiri kami dan marah-marah tak jelas gitulah. Serentak kami mengunci mulut dan berpandangan dengan wajah melongo mirip sapi ompong, Aku tak kuat menahan tawa melihat wajah Zubedh yang sangat culun. Sahabat-sahabatku pun ikut tertawa berpandangan dan tak menghiraukan si Bapak yang sedang ngomel-ngomel itu. Parahnya kami juga tak minta maaf pada si Bapak, mungkin karena merasa tak di hargai oleh kami si Bapak langsung turun dari bus di halte berikutnya.
Waduhh ... kurang ajar kami ini, hehe ... tapi lucu sih.
       Akhirnya sampai juga di tempat tujuan kami, tidak sabar untuk cepat-cepat melempar buku-buku yang kami bawa ke tengah pantai. Ya, jadi rencana kami itu melempar buku kami ke tengah pantai, memang sih pasti tidak boleh tapi .. bandel sedikit tak apalah . Hehe . ..
Di tepi pantai para pengemudi perahu sudah berbaris sambil rebutan menawarkan jasa perahunya, tanpa direncanakan kami memilih si Abang perahu yang masih muda, maklum gejolak kawula muda . Hhmm ... ombaknya lumayan juga membuat perahu dan isinya bergoyang lembut. Tapi kasihan juga melihat Riris yang teriak histeris karena ketakutan, ditambah Zubedh yang mulai mengganggu dan menakut-nakutinya. Aku dan Nina hanya tertawa geli melihat tingkah mereka. Tepat di perbatasan bolehnya perahu berlayar yang kata si Abang sih itu sangat dalam, kami langsung melempar buku-buku yang kami bawa tapi masih kami sisakan buku paling tebal di antara buku-buku lainnya untuk membuat api unggun di tepi pantai jika malam tiba. Rasanya beban dipundak kami hilang dan terangkat karena tidak akan lagi bertemu dengan rumus dan soal seruwet itu. Karena aku juga tidak kepikiran untuk melanjutkan kuliah tahun ini karena orang tuaku bilang mereka belum sanggup membiayainya, jadi aku mau kuliah dengan uangku sendiri hasil kerja kerasku sendiri. Sahabat-sahabatku juga begitu, aku senang melihat mereka tertawa lepas seperti sekarang, apa nanti aku bisa ngerasain hal seperti ini lagi dengan mereka ?? Atau ini adalah kebersamaan kami yang terakhir ? Semoga tidak deh, karena aku dan TLD akan meneruskan usaha kecil-kecilan kami yang dulu pernah kami rintis, jangan sampai usaha itu harus bangkrut. Meskipun nantinya kami akan bekerja di tempat berbeda, aku sudah keterima bekerja di sebuah swalayan, besok Riris sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan swasta, Zubedh juga sudah di booking oleh sebuah pabrik elektronik terkemuka, dan Nina sedang menunggu panggilan di perusahaan tempat pamannya bekerja. Mungkin kami akan jaranggg sekali bertemu dan mengurus usaha kami. Huhh .. jadi sedih kalau ingat-ingat hal-hal seperti begini. Rasanya aku dan mereka sudah menyatu, bahkan lebih dari saudara.
       Sedang asik-asiknya memandang wajah-wajah sahabatku tidak terasa sudah sampai di tepi pantai, aku segera turun dari perahu, melepas sepatuku dan berlari ke bibir pantai. Kami tertawa lepas seperti burung yang baru bisa terbang, ingin mencoba terbang kesana kemari. Sampai tak terasa matahari sudah mulai ngumpet di balik pantai, kami juga tidak mau kalah . Kami bersiap membuat api unggun dari buku PM yang kami bawa, sayang sihh dibeli mahal malah dibakar begitu saja. Tapi tidak apa-apa deh , yang penting happy .... Belum habis buku-buku itu terbakar ehh sudah ada petugas pantai yang menegur kami, mumpung si petugas masih jauh lebih baik kami kaaabbbuuurrr ...... Haha lagi-lagi membuat orang lain kesel. Parahh !!
Karena terlalu kencang berlari, rasanya kakiku ingin copot dari persendian. Untunglah ada sebuah rumah makan yang kelihatannya terjangkau dengan kantong kami. Tanpa ragu kami masuk kedalam rumah makan itu, tanpa menunggu si pelayan menyuguhkan list menu kami langsung memesan apa saja yang ada di fikiran kami, sepertinya perutku juga setuju dengan makanan yang kami pesan.
Sepertinya aku tidak pesan banyak deh, tapi kenapa lama sekali ya, mereka tidak tau apa kalau kami tuh kelaparan. Ahh, untunglah mereka seperti mendengar rintihan perut kami. Dua orang pelayan membawa banyak piring kearah meja kami, rasanya sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan yang katanya paling enak disepanjang jalan ini. Hhhmmm ... Yummy !! Tanpa banyak bicara kami langsung menyerbu makanan itu layaknya anak-anak jalanan yang sudah tidak makan berhari-hari.
       Seenak apapun makanan itu, tapi tetap saja tidak bisa membuat lambungku makan lebih banyak dari biasanya, lagi-lagi aku harus menyisakan makanan itu. Untung ada Riris yang setia menghabiskan makananku. Biarlah sahabatku yang satu ini jadi bertambah gembul, hehe ...
Aduh, kebiasaan manusia yang habis makan, kenyang, ngantuk. Ckckckck .... Aku menyuruh ketiga sahabatku untuk cepat menghabiskan makanannya. Dengan gaya ala pejabat-pejabat negara aku memetikan jari tanda memanggil salah seorang pelayan dan meminta dia untuk membawakan bill kami. Alamakkk .... ngeri kali aku liat bill itu. Sepertinya aku dan ketiga sahabatku tidak makan terlalu banyak deh, kok sampai semahal ini ya ??
Katanya ini rumah makan yang murah tapi apa ?? Haduhh .... bisa-bisa jalan kaki kami pulang dari sini. Tapi malu dong kalau kami bilang “aduhh mas, kami ngga punya uang” apalagi pelayan ini tampan. Akhirnya semua uang yang ada di kantong pun harus keluar dengan terpaksa, dari pada malu dan disuruh cuci piring di rumah makan ini. Tak apalah, asal ini dengan sahabat-sahabatku semua tetap terasa menyenangkan. Apalagi ini saat terakhir kami berkumpul, paling tidak setelah kelulusan.
       Lumayan capek hari ini, kami pulang dengan wajah kusut semerawut. Tidak layak disebut orang yang baru pulang liburan deh pokoknya. Bermodalkan uang pas-pasan kami harus sampai dirumah dengan selamat. Untungnya ada sopir yang setia menjemput kami dengan bus besar miliknya,, BUSWAY. Kendaraan ini memang tergolong mewah dengan AC dan kenyamanannya, pokoknya tidak akan nyesel deh kalau naik kendaraan umum yang satu ini. Alamakk ... kenapa jadi promo busway, aku kan mau cerita bagaimana serunya aku dan TLD.
Aku harap cita-citaku untuk menjadi seorang penulis bisa tercapai kedepannya, Nina yang ingin jadi model juga bisa tercapai, Riris yang terobsesi dengan usahanya akan berhasil dan Zubedh dengan hobbynya yang berubah-ubah juga bisa tercapai dan sukses kedepannya. Amin.

Akhirnya sampai juga di rumah, sudah kangen sama kasur empuk di kamarku. Tapi mama memaksaku untuk mandi dulu, huhh ... turuti sajalah itu juga kan untuk kesehatan. Habis mandi perutku terasa dangdutan lagi, padahal belum lama aku makan di rumah makan super mahal itu. Melihat hidangan di meja makan aku jadi ngiler, makan dulu dehh ... sayang kan kalau besok makanannya basi. Hehe ... alasan ! Sudah kenyang baru aku tidur . zzzzzzZZZZZZ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages